Selamat datang kembali ke Sancang.
Sancang masih saja menjadi tempat yang menarik bagi para peziarah pencari wangsit Prabu Siliwangi. Tempat yang diyakini dapat mengabulkan segala pengharapan akan kesuksesan. Namun selain dari itu, sancang merupakan salah satu tempat di Jawa Barat yang masih menyisakan keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch). Dan di tengah keeksistensiannya, Si Owa justru semakin tenggelam mengikuti nasib hutannya yang pesakitan.
Satu tahun sudah berlalu, saya kembali ke sancang. Tempatnya masih di Garut Selatan, butuh waktu enam jam dari Bandung, kuncennya masih tetap banyak, pengunjungnya apalagi, dan jumlah penduduknya mungkin sudah bertambah karena banyak yang melahirkan, pulang dari arab, dapat jodoh orang luar atau mungkin malah berkurang karena ada yang meninggal, dapat pekerjaan lain, bahkan kawin lagi dengan yang lain. Ya entahlah, biar staff desa yang hitung.
Saya kembali ke sancang dengan pekerjaan yang masih sama seperti tahun lalu. Penelitian. Padahal catatan kehadiran saya di desa wisata ziarah ini sebenarnya macam-macam. Dari backpacker seorang diri, pelatihan pengamatan primata bersama junior kampus, pelatihan fotografi satwa liar, kunjungan sekolah untuk pendidikan lingkungan, dan yang saat ini saya lakukan yaitu penelitian Owa Jawa.
Dan untuk yang sekarang ini, tampaknya saya bakal lebih lama tinggal daripada tahun sebelumnya. Kurang lebih saya bakal menghabiskan waktu hingga tahun depan, sekitar 10 bulan. Bukan waktu yang sebentar memang, apalagi rutinitas setiap hari selalu sama, tapi ini lebih baik dibandingkan saya harus bekerja di dalam ruangan dingin beku bersama tumpukan kertas kerja yang harus dicek satu persatu. Aw.
Pastinya saya bakal merindukan Bandung dengan segala kreatifitas dan kehangatan persahabatannya. Saya pasti kembali, setelah ini usai.
Miss you so much.
Apeolution! 