Kabar dari Sancang

Beberapa minggu yang lalu saya mendapat kabar dari kawan-kawan di Sancang (Garut Selatan) tentang Owa yang dulu pernah kami ikuti untuk diteliti. Kabar baik tersebut datang dari grup B yang terdiri dari Tono dan Tini.

Setelah satu tahun berlalu, Tini akhirnya memiliki anak lagi. Seekor bayi owa yang sedang masa lucu-lucunya. Kawan-kawan di Sancang memberinya nama “Awing”, yang punya arti ngagawing alias menempel di perut induknya. Seperti foto di bawah ini.

Kelahiran Awing untuk Tini memang bukanlah yang pertama. Berdasarkan catatan pengamatan yang sudah-sudah, diperkirakan bahwa bayi yang sekarang adalah anak kedua yang Tini lahirkan selama rentang masa hidupnya.

Lalu bagaimana dengan anak pertama Tini?

Dulu (sebelum November 2010), Tini dan Tono pernah memiliki anak. Kami memberinya nama Udin. Sayangnya, sebelum Udin menginjak masa remaja, dia tiba-tiba raib entah kemana. Berbagai spekulasi pun muncul mengenai hilangnya Udin. Dari semua spekulasi itu, kami menyimpulkan bahwa Udin hilang dimangsa oleh predator.

Klik di sini untuk membaca kisah Udin.

Berita Awing seakan menjadi penutup luka tentang Udin. Namun, lebih dari sekedar cerita Udin, kehadiran Awing justru memberi harapan baru bagi kami. Harapan akan kelestarian Owa Jawa yang ada di Sancang.

Harapan bahwa Awing bisa meneruskan generasi Owa Jawa Sancang hingga berpuluh-puluh tahun ke depan. Semoga.

-untuk Awing dan Udin-

Terima kasih kepada Muhammad Taufik atas fotonya 🙂

Jay, Si Owa Jawa dari Leuweung Sancang

Udah lama banget rasanya file ini nangkring di harddisk. Dan akhirnya, dia bisa muncul juga untuk menyapa dunia. Itu juga setelah bantuan teman.

Terima kasih kepada Bung Wawan Tarniwan yang sudah menyediakan waktunya untuk mengunggah video ini. Mudah-mudah video ini bisa segera tayang di tipi. Yeeeeeha.

Biar lebih akrab, saya perkenalkan.
Namanya Jay, jenis kelamin Jantan. Suami dari Ann dan ayah dari Cika dan Wana. Saat ini masih tinggal dan bertahan hidup di Leuweung Sancang, Garut Selatan.

Kondisi habitat yang kritis menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup para Owa yang tinggal di Leuweung Sancang. Hutan sebagai habitatnya sudah terfragmen (terpisah-pisah) sehingga mengakibatkan area jelajahnya menyempit serta tumpang tindih dengan kelompok Owa lainnya.

Rantai regenenerasi pun akhirnya akan terputus karena Owa akan kesulitan untuk mengembangkan kelompoknya ataupun dipersatukan dengan kelompok Owa lainnya. Ditambah lagi, Owa Jawa yang berada di Leuweung Sancang adalah sebuah keunikan tersendiri. Mereka adalah Owa yang masih bertahan, hidup di dataran rendah.

Selamatkan Leuweung Sancang, Selamatkan Owa Jawa.

 

Elang-ikan Kepala-kelabu (Ichthyophaga ichthyaetus)

Elang-ikan Kepala Kelabu

Elang-Ikan Kepala-kelabu Elang-Ikan Kepala-kelabu

Elang-ikan Kepala-kelabu (Ichthyophaga ichthyaetus) juvenile atau yang punya nama Inggris Grey-headed Fish-eagle merupakan jenis elang berukuran besar (70 cm). Berdasarkan petunjuk dari buku panduan lapangan burung ciptaan Mbah McKinnon, dituliskan bahwa burung elang ini termasuk burung yang jarang ditemukan di Jawa Barat.

Faktanya, saya menemukan burung elang ini di hutan Sancang yang sedikit banyak sudah terdegradasi.

Menariknya, saya menemukan burung ini dengan jarak yangs sangat dekat sekali. Perkiraan jarak pengamatan antara saya dan dia kurang dari 10 meter dengan jumlah pengamat sebanyak 6 orang yang cukup sibuk mengabadikan momen pertemuan ini.

Mendapat gangguan selama kurang lebih 15 menit, elang ini tetap bergeming. Awalnya saya kira dia sedang sakit sehingga tidak mau beranjak pergi. Namun setelah mengamati dengan seksama ternyata dia sedang bersiap untuk menyantap sarapan paginya (gambar kanan bawah, mencengkeram ikan).

Mungkin ikan inilah yang menjadi alasan kenapa dia tidak  beranjak terbang. Mungkin dia takut ikannya jatuh jika dia terbang, atau dia takut ikannya direbut oleh kami, para pengamat yang kelaparan :p

noong manuk

Sempur-Hujan Rimba (Eurylaimus javanicus)

sempur-hujan rimba

sempur-hujan rimba sempur-hujan rimba

Berdasarkan Mbah McKinnon, burung ini memiliki nama Indonesia yaitu Sempur-Hujan Rimba dan memiliki nama latin Eurylaimus javanicus dan memiliki nama inggris Banded Broadbill.

Dengan ukuran sebesar 21 cm, burung ini memiliki warna keungguan pada tubuh bagian bawah. Punggung dan sayap berwarna hitam dan ditandai oleh warna kuning yang cukup mencolok.

Hal yang cukup menarik pada burung ini adalah warna paruhnya yang biru, kokoh, lebar dan kepala yang besar yang dapat dibedakan dengan mudah dibandingkan burung-burung jenis lainnya.