Kata siapa kucing-kucingan adalah permainan untuk anak-anak. Ternyata permainan masa kecil ini digemari pula oleh orang dewasa. Buktinya SATPOL PP dan PKL saja suka main kucing-kucingan.
Selasa kemarin ketika saya sedang jalan-jalan di Alun-alun Bandung dan beristirahat di Masjid Agung, suasana Masjid yang ramai oleh para Pedagang Kehabisan Lahan tiba-tiba saja hening. Entah kenapa, para pedagang tersebut tanpa banyak bicara mulai membereskan semua perlengkapan dagang mereka. Padahal, meskipun cuaca memang sedikit mendung tapi hujan tiada turun.
Tak berapa lama, sejumlah pasukan berseragam dengan tegap berjalan masuk dari pintu selatan Masjid. Sambil berjalan santai, mereka mulai menghampiri satu persatu pedagang yang tak sempat membereskan lapak-lapak yang mereka buat semipermanen. Dengan tampang garangnya mereka pun mulai bertindak membantu si empunya Gerobak, mengobrak-abrik segala perlengkapan dan mulai mengevakuasi.
Pedagang pun cemas. Pedagang lain bersiap-siap mengambil kemudi memajukan gerobak berisi rebusan bakso, siomay ataupun gorengan bala-bala dan batagor meninggalkan kawasan masjid. Namun malang tiada di duga. Antrean gerobak terhambat di pintu keluar utara kawasan Masjid.
Ada apakah gerangan?
Gerobak-gerobak tersebut tertahan di dalam kawasan Masjid. Mereka tidak bisa keluar. Apa penyebabnya, ternyata hambatan tersebut bukan karena para Satpol yang mengahalangi jalan mereka. Tapi karena sebenarnya tidak pernah ada jalan masuk ataupun keluar untuk para gerobak-gerobak itu. Semua jalan masuk sudah dari dulu dibarikade dengan pagar setinggi 2 meter dan tiang pancang setinggi perut, tujuannya memang untuk menghindari para PKL masuk.
Bisa masuk tapi nggak bisa keluar, hehehe aneh deh. Mau tak mau para PKL harus berjibaku dan bekerja sama membantu sesama pedagang untuk mengangkut gerobak melewati rintangan pagar. Edan, ada gerobak bakso , siomay dan gorengan terbang.
Akhirnya kawasan Masjid pun menjadi tenang kembali. Tak ada lagi para PKL dengan gerobaknya hanya beberapa pedagang dengan perlengkapan portablenya alias pedagang asongan yang masih setia berseliweran.
Om-om Satpol PP pun akhirnya bersantai ria sambil duduk-duduk, ngopi dan bersenda gurau sesama rekannya.
2,5 jam berlalu…
Semangat para PKL tetap menyala di hati mereka untuk tetap berjualan di kawasan Masjid. Maka mereka pun akhirnya kembali lagi. Namun, SIAL!!! Satpol PP itu masih duduk nongkrong di area selatan Masjid.
Sungguh sial bagi PKL yang mencoba masuk dari pintu selatan. “Gelo!! Masih keneh aya!!” (masih aja ada), seloroh PKL yang salah masuk tersebut. Karena sudah tanggung dengan cueknya dia memacu gerobak kesayangannya ke tengah arena.
Semangat para PKL boleh kita acungi jempol. Semangat Satpol PP sudah menguap seperti kopi yang mereka seruput dan rokok yang kini tinggal puntung. Mungkin jam kerja mereka sudah berakhir, atau tarif kerja mereka tidak sampai 2,5 jam.
Ketika para PKL mulai sibuk mendirikan tenda birunya, para Satpol PP sudah kehilangan gairah untuk memasang muka sangarnya dan melarangnya.
Kenapa ya?
Ketika para PKL tidak disiplin, Satpol PP lah yang menindaknya.
Ketika Satpol PP tidak tegas, siapa yang harus menindaknya?
Apa harus para Bencong-bencong yang menindak Satpol PP!!!