Moni, you’re safe now

lutung jawa

Dia duduk di sisi jalan yang penuh dengan bising lalu lalang kendaraan. Bergerak hilir mudik dalam keterbatasan tali rantai yang membelenggu lehernya.

Di depannya tersaji semangkuk nasi campur kecap yang disediakan oleh sang penjual sebagai makan siangnya. Jelas bukan makanan yang sesuai untuk seekor lutung yang porsi makan alaminya adalah  dedaunan dan buah-buahan.

Dan sore di hari jumat itu, nasibnya takkan lagi sama. Si Lutung kecil telah terbebas dari belenggu dan asap kendaraan. Ia telah diselamatkan dari nasib buruk perdagangan satwa.

Untuk selanjutnya, si lutung akan di bawa ke pusat rehabilitasi primata jawa. Di sana dia akan diperlakukan selayaknya lutung yang ada di alam. Dan tidak menutup kemungkinan dia akan dikembalikan ke habitatnya. Di hutan.

Dan kami memberimu nama Moni.

 

berita terkait

Pikiran Rakyat : http://www.pikiran-rakyat.com/node/229816

Inilah.com : http://m.inilah.com/read/detail/1975001/kuasai-satwa-langka-didenda-rp200-juta-dan-penjara

Galamedia : http://www.klik-galamedia.com/bksda-gagalkan-perdagangan-satwa-dilindungi

Aom dan Regina

Aom dan Regina

Aom adalah Owa Jawa hasil penyitaan dari daerah Banjaran, Kabupaten Bandung, dan Regina adalah Owa Jawa betina kelahiran kebun binatang Inggris. Mereka berdua dalam kondisi sehat tanpa catatan riwayat penyakit. Dan perjodohan mereka berdua baru dimulai minggu lalu.

Di hari pertama Regina dipindahkan ke kandang Aom, ia tampak sangat takut sekali. Regina takut bukan karena wajah Aom yang seperti Drakula dengan gigi taring yang menyembul keluar, melainkan karena shock dan stress pasca pemindahannya ke kandang baru yang melibatkan banyak orang.

Di tempat barunya, Regina cenderung menghabiskan waktu bersembunyi di dalam tempat tidurnya yang berupa kotak kayu.

Esok harinya, Regina mulai berani keluar dari persembunyiannya untuk makan. Dan di pagi itu pula, Regina dan Aom mulai berinteraksi.

Melihat interaksi Aom dan Regina menurut saya sangat amazing. Mereka baru saja dipersatukan kemarin, dan paginya mereka tidak tampak asing satu sama lain.

Meskipun mereka ditempatkan dalam satu kandang, mereka berdua dipisahkan oleh sekat kawat ditengahnya. Sekat tersebut dipasang untuk menghindari kemungkinan agresivitas salah satu Owa kepada Owa lainnya. Misal mengigit, menjambak dan kemungkinan kemungkinan lainnya yang bisa mencederai.

Namun melihat bagaimana mereka berinteraksi, sekat tersebut justru menghalangi mereka untuk saling memberi.

Selama dua hari Aom dan Regina berinteraksi melalui sekat. Aom lebih banyak berinisiatif untuk mendekati Regina. Sulit untuk mengatakan apa yang sedang mereka lakukan pada saat saling berdekatan. Pada satu kesempatan, saya melihat Aom mencoba memasukkan tangannya pada lubang yang tidak tertutup sekat dan menyentuh Regina. Sedangkan Regina tampak tidak keberatan atas perlakuan Aom yang menyentuhnya. Sepertinya ini adalah kabar baik.

Pada hari berikutnya, setelah saya berdiskusi dengan Koordinator animal keeper, Sigit Ibrahim, kami memutuskan untuk mencoba membuka salah satu pintu sebagai akses keluar masuk. Di hari pembukaan pintu akses tersebut, Aom dan Regina bergantian masuk dan berada satu ruangan bersama.

Interaksi yang terjadi menunjukkan hal yang berbeda dibandingkan sewaktu mereka dipisah. Setelah pintu dibuka, Regina lebih berinisiatif untuk mendekati Aom. Beberapa kali Regina mendekati Aom dan memamerkan tubuhnya. Aom merespon dengan mencium ketiak dan mengamati tubuh Regina. Kejadian tersebut terjadi berulang ulang setiap kali mereka saling berdekatan.

Sinyal sinyal seksual  memang sudah ditunjukkan oleh Regina. Namun untuk sampai tahap reproduksi, sepertinya masih butuh waktu dan keberanian dari Aom untuk memulai. Ya semoga saja mereka memang berjodoh.

Note: Sebagai Owa yang berasal dari kampung, Aom sungguh beruntung bisa mendapatkan Regina yang berasal dari Inggris. Saya yang sudah malang melintang bersama gadis gadis bule, belum tentu seberuntung Aom untuk mendapatkan mereka 😦 (maksud saya gadis bule, bukan owa bule)

Acoy dan Douglas

Acoy dan Douglas

Acoy (kiri) dan Douglas (kanan)

Acoy adalah owa jawa betina yang sebelumnya dipelihara oleh orang Bandung Timur. Dan Douglas adalah owa jawa jantan yang usianya sedikit lebih tua dan dulunya dipelihara oleh orang Bandung Selatan. Mereka berdua mengidap Hepatitis B, sehingga tidak menjadi masalah bila mereka dijodohkan.

Namun ternyata proses perjodohan mereka tidak berjalan mulus. Sebagai betina, Acoy tampak lebih dominan dibandingkan Douglas. Awal awal perjodohan, seringkali Acoy menggertak Douglas dengan cara meloncat dan menggoyangkan batang batang bambu hingga terdengar suaru nyaring beradu.

Tak jarang pula Acoy mengejar ataupun mengusir Douglas dari tempat ia sedang beristirahat atau makan.

Bila pada saat jam makan tiba dan animal keeper menyimpan pakan pada satu tempat, maka Douglas akan mengalah dan mempersilakan Acoy untuk makan terlebih dahulu. Setelah Acoy puas makan, barulah Douglas menghampiri sisa sisa buah yang tidak dimakan Acoy.

Beberapa minggu kemudian, sikap Acoy tampak melunak. Dia tidak lagi se-agresif pertama kali mereka dijodohkan. Acoy tak lagi menghampiri Douglas sambil menggertak. Namun sikap Douglas masih tetap sama. Dia masih takut dan menghindar bilamana Acoy mendekat.

Acoy lebih banyak menghabiskan waktunya di bagian paling atas enclosure bambu. Sedangkan Douglas lebih sering menghabiskan waktunya di lantai dasar. Perilaku Douglas yang cenderung sering beraktivitas di lantai sebenarnya tidak bagus. Ini adalah perilaku bawaan ketika ia masih dipelihara dulu.

Owa yang dipelihara dan disimpan di kandang sempit dalam waktu yang lama akan menurunkan kemampuan Owa untuk berayun (branchiasi).

Sejatinya Owa adalah primata arboreal yang menghabiskan waktunya di atas pepohonan. Pergerakan Owa dari satu pohon ke pohon lain dilakukan secara branchiasi layaknya seorang akrobat.

Beberapa hari yang lalu, Douglas mulai menunjukkan sikap inisiatif mendekati Acoy. Ketika Acoy sedang tidur siang, Douglas mengendap endap mendekat. Jarak mereka sangat dekat hingga Douglas bisa menyentuh Acoy. Sayangnya momen tersebut tidak berlangsung lama. Begitu Acoy bangun dari tidurnya, Douglas langsung kabur meninggalkannya.

Momen tersebut terjadi setiap kali Acoy beristirahat. Namun sikap Douglas masih tetap sama ketika Acoy mendekatinya. Douglas masih saja menghindar takut dan duduk pada jarak aman.

Entah sampai kapan sikap Douglas akan seperti itu..

sirih dan kapur dari Tasikoki

Saya tidak percaya kalau saya masih bertahan di sulawesi selama lebih dari satu tahun. Walaupun saya sering traveling dalam tanda kutip alias keluar masuk hutan, tapi ini adalah yang pertama kalinya saya meninggalkan kampung halaman dalam waktu yang lumayan cukup lama.

Seharusnya saya sudah pulang beberapa minggu yang lalu. Tepatnya satu bulan setelah masa kontrak saya berakhir, sekitar pertengahan januari. Namun entah kenapa, tiba tiba saya memutuskan untuk tinggal lebih lama lagi.

Selama satu bulan usai habis kontrak, saya mengikuti sebuah program relawan pada salah satu pusat penyelamatan satwa di Sulawesi Utara, Tasikoki namanya. Bagi saya tempat ini bukan hanya sekedar menyenangkan, saya belajar banyak hal mengenai upaya upaya merehabilitasi satwa liar yang dilindungi agar bisa dikembalikan ke habitatnya.

Bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk merehabilitasi satwa liar agar mereka bisa dikembalikan ke habitat alaminya. Butuh perlakuan ekstra yang lebih dari sekedar hewan peliharaan pada umumnya.

Saya tidak sendiri. Ada beberapa relawan lainnya yang turut serta. Dan mereka berasal dari bermacam macam negara. Mereka mendedikasikan waktu tenaga dan finansialnya untuk membantu kelangsungan hidup para satwa serta tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Walaupun relawan mancanegara lebih mendominasi dalam kegiatan, ada juga beberapa relawan lokal sebangsa dan setanah air yang menemani saya.

Untuk relawan lokal memang tidak banyak. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Tapi semangat kami tidak kalah beda dengan yang mancanegara. Semangat untuk menghibur diri tentunya (kumpulan pemuda galau).

Aktivitas para relawan sehari hari lebih banyak dihabiskan untuk membuat berbagai macam pengayaan (enrichment) bagi para satwa. Rutinitas ini berjalan mulai dari pagi hari pukul 6.00 hingga petang pukul 16.00. Mungkin rutinitas ini terlihat membosankan untuk dilakukan setiap harinya. Nyatanya tidak. Setiap harinya, meskipun kami melakukan pekerjaan yang sama namun kami juga dituntut untuk mengasah kreativitas dalam membuat enrichment.

Enrichment bisa dikatakan sebagai media permainan agar satwa tidak merasa bosan. Media ini menjadi penting karena satwa yang terlalu lama di dalam kandang akan merasa jenuh dengan rutinitasnya yang terbatas oleh ruang. Seharusnya kebun binatang kebun binatang yang ada di Indonesia juga memberikan enrichment pada binatang koleksinya. Bukan sekedar memenuhi kebutuhan pakan yang kadang itu juga kurang.

Tidak hanya enrichment, terkadang jika ada waktu luang dan tenaga berlebih biasanya kami mengerjakan project khusus. Misal, perbaikan dan penataan kandang/enclosure agar satwa terhibur dengan berbagai macam pengayaan lingkungan/enrichment environment. Atau seperti saya yang mempunyai project khusus mengamati aktivitas makan para monyet. Atau bahkan ngaduk semen, ngelas besi, dan pekerjaan pekerjaan lainnya yang diluar dari rutinitas sehari hari.

2012-11-06 07.00.41

Tentunya relawan relawan yang berada di sini bukanlah individu terlatih yang berpengalaman. Tidak banyak dari kami yang memiliki pengalaman pertukangan ataupun bekerja dengan satwa liar. Gergaji, palu, parang adalah perlengkapan pendukung yang kami gunakan dalam membuat enrichment, dan kami harus terbiasa menggunakannya.

Luka gores dan gigitan nyamuk pun menjadi sarapan kami sehari hari. Mengeluh tentu saja, tapi bukan pada apa yang kami telah kerjakan. Hanya pada rasa sakit yang mengganggu.

Dalam satu kesempatan saya pernah mengobrol dengan salah seorang relawan yang berasal dari Belanda. Kenapa mereka mau melakukan pekerjaan ini. Padahal mereka bisa saja menikmati hari mereka layaknya sebuah liburan. Karena tujuan mereka yang utama adalah berlibur/kabur dari cuaca ekstrem di negerinya.

Jawaban yang saya harapkan tentu saja adalah, mereka mencintai satwa liar dan ingin berbuat sesuatu secara langsung.

Namun ternyata, lebih sederhana dari alasan di atas, dia mengatakan bahwa dia bosan dengan rutinitas pekerjaannya sebagai drive instructur yang selalu berhadapan dengan manusia. Dan oleh karena itu dia memilih bekerja untuk satwa liar. Sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama ini, dan tentu saja ini adalah hal yang positif baginya.

Dan saya, apa yang melandasi saya untuk mau menguras keringat secara cuma cuma di sini?

2013-02-02 09.22.38

to save them