Kira-kira apa yang kamu ingat ketika mendengar kata Bandung? Hm, mungkin banyak banget. Gedung sate, Braga, Gasibu, Factory Outlet, Distro, Paris van Java, Surabi, Batagor, Soto Bandung, Mojang-mojang, bahkan Saritem pun bisa jadi sesuatu yang diingat tentang Bandung, dan masih banyak lagi sisi kota Bandung yang mungkin bisa kamu ingat dari yang penting sampai ga penting, dari berkesan sampai dikenang sepanjang masa. Sisanya terserah kamu deh!
Itulah sedikit pertanyaan pembuka yang harus dijawab oleh teman-teman sahabat kota saat memperkenalkan dirinya di rabu belajar minggu ini (rabu/ 3).
Di rabu belajar kali ini, sahabat kota mendatangkan para sahabat yang bergerak di bidang bisnis kaos. Eits tapi ini bukan sekedar kaos yang suka nampang di etalase distro atau fo. Pasti kebayang kan klo kaos distro dan fo itu seperti apa.
Lalu kaos seperti apa yang dibuat dan dipajang oleh para sahabat ini? Sebelum kita mengenal tentang mereka mungkin teman-teman pernah dengar tentang brand kaos Joger. Pasti yang langsung kebayang adalah kota Bali. Nah klo Dagadu, pastinya ini Jogja banget dengan desain-desain penuh plesetan.
Ya, brand sebuah kota yang tercantum dalam sebuah kanvas berjalan (kaos) adalah motivasi dari sahabat Mahanagari untuk memperkenalkan dan berkampanye mengenai kota Bandung dari berbagai aspek.
Banyak hal positif dan negatif yang bisa kita ingat dari kota tercinta ini, dan terkadang pemerintah kota kurang tanggap terhadap hal-hal negatif yang terjadi. Selain itu pula banyak warga kota itu sendiri yang tidak banyak tahu mengenai potensi kota tempat tinggalnya. Oleh karena itu, dengan desain-desain yang ditampilkan oleh Mahanagari pada setiap kaosnya ada sebuah makna dan informasi yang tersampaikan sehingga muncul wujud-wujud kepedulian lokal untuk lingkungan sekitar kota Bandung. Begitulah yang disampaikan oleh Kang Ben, Kang Hanafi, Neng Ulu, dan si kecil Sam-sam.
Mungkin dulu teman-teman masih ingat mengenai kaos C59 dan sempat menjadi ikon kota Bandung. Namun entah kenapa dalam perkembangannya desain-desain C59 tidak lagi menjadi Bandung pisan. Padahal di kota-kota lain seperti taiwan, macau, new york, bahkan nottingham mereka mem-branding-kan kotanya dengan desain hingga akhirnya bisa bersaing dengan kota lainnya.
Banyak desain-desain kreatif yang telah dibuat Mahanagari untuk mem-branding-kan kota Bandung. Dari ikon sunda si Cepot, Persib, bangunan art-deco hingga peta jalur angkot yang dibuat terbalik agar bisa dibaca dengan mudah oleh si pemakai.
Selain menjelaskan tentang bisnis desain dalam kampanye kota, tak lupa para sahabat Mahanagari ini memberikan tips-tips yang bermanfaat tentang mendesain dan bisnis kaos yang dilengkapi dengan fakta penjualan mereka.
Di akhir sesi, kang Hanafi yang sejatinya bukan Urang Bandung aseli mengajak teman-teman sahabat kota untuk mem-brainstorming ide di kepalanya tentang kota Bandung untuk di kampanyekan melalui sebuah kaos. Untuk proses brainstorming ini sendiri, teman-teman sahabat kota dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dengan jumlah lima orang.
Proses diskusi pun dimulai. Setiap orang mengeluarkan ide-ide dan harapan terhadap kota Bandung.
Setelah selesai brainstorming, setiap kelompok mempresentasikan desain-desain yang ingin disampaikan dalam kaosnya. Ada yang menceritakan tentang Bandung yang semakin panas, sampah di Bandung yang semakin banyak, pertarungan antara bangunan dan pohon, ada yang persib banget, bahkan ada yang ingin menampilkan cara membuat surabi yang enak. Hehehe…
Penampilan para sahabat Mahanagari akhirnya ditutup dengan tepuk tangan meriah dari teman-teman sahabat kota. Rabu belajar kali ini menambah inspirasi bahwa untuk berkampanye tidak harus berteriak-teriak di jalanan. Kaos pun bisa menjadi sebuah media yang efektif untuk menyuarakan kepedulian kita. Tentunya harus di desain dengan baik.
Terima kasih sahabat Mahanagari.