jangan TAKUT akan GELAP

Karena gelap melindungi diri kita, dari kelelapan…

Sepenggal lirik Sheila on 7 feat Tasya.

Tempat nebeng baru, otomatis ada aturan yang harus ditaatinya dong.

Enam hari sudah saya lalui untuk menebeng di kediaman baru. Sebuah rumah dan satu keluarga bahagia. Meskipun begitu, tempat baru ini tidak mengubah kebiasaan saya sebelumnya. Tidur larut malam, bangun larut siang.

Malu sih, cuman kok susah banget untuk lepas dari kebiasaan buruk ini. Dan hari ini saya mendapatkan sebuah teguran. Bukan teguran keras untuk mengusir saya, tapi sebuah teguran kecil atas kebiasaan saya saat tidur.

Saya diingatkan untuk selalu mematikan lampu saat tidur dan menggantinya dengan menyalakan lampu kecil yang memang sudah disediakan.

Maafkan saya…

Saya memang tidak terbiasa untuk tidur dalam gelap atau remang-remang. Bukan karena saya penakut tapi hanya ketidaknyaman saja bila tiba-tiba terbangun dalam kondisi gelap dan saya kebingungan mencari kacamata yang disimpan. Mata saya memang buruk sekali. Tapi saya tidak ada masalah kok untuk tidur dalam gelap.

Walaupun lampu untuk menerangi ruangan adalah lampu hemat energi yang memakan energi sebanyak 10 watt tapi klo masih bisa dikurangi atau tidak menggunakan sama sekali kenapa tidak.

Yang saya suka dari teguran tersebut bukan lah ajakan untuk berhematnya. Tapi beliau mengatakan bahwa semua ini dilakukan untuk mengajarkan kepada anak mereka yang belum genap tiga tahun tentang belajar berhemat.

Hemat listrik dan hemat waktu.

Nyalakan pada saat dibutuhkan dan matikan saat tidak digunakan. Saya tidak ingin mengatakan bahwa keluarga ini tidak asyik karena tidak menyalakan televisi setiap saat. Hanya pada waktu-waktu khusus saat berkumpul keluarga TV dinyalakan dan ditonton bersama-sama. Si kecil pun bisa lebih terawasi dalam menonton program televisi yang tidak baik.

Kebiasaan positif di keluarga ini berdampak positif pula pada si kecil. Dia tidak merasa ketergantungan pada televisi sebagai media hiburan, meskipun terkadang ia tersita perhatiannya untuk memandang lama layar televisi saat menampilkan tayangan yang tidak biasa dia lihat.

Dan si kecil ini tidak merasa takut, saat gelap menyelimuti malam dan mengantar mereka dalam lelap.

Amber023

hari ini tiga bungkus STYROFOAM

Sebuah pengakuan dosa dari seseorang bernama Ismail Agung yang katanya ngaku-ngaku peduli sama lingkungan.

Kemarin, salah seorang teman saya datang dan membawa buah tangan berupa tiga bungkus nasi berisi lauk pauk sisa dari hajatan di rumahnya. Ketiganya dibungkus dengan styrofoam. Mulus, putih, bersih berkesan eksklusif.

Rejeki jangan ditolak, berkah jangan jadi mubazir. Masa sudah jauh-jauh dibungkusin sama ibunya dan ditenteng-tenteng naik angkot harus berakhir dengan sebuah penolakan karena

styrofoam itu dosa besar untuk bumi

Ismail Agung orangnya nggak konsisten!

Belum juga satu hari posting tulisan tentang Cinta yang tak lekang oleh waktu, eh taunya cinta itu malah datang memudarkan keyakinan yang baru saja dibangun.

Ismail Agung tidak marah, tapi sedih. Teman yang membawakannya sebenarnya paham dengan permasalahan lingkungan. Namun apa daya, ia pun hanya bisa mengerutu. Tak berdaya,melawan bundanya sendiri.

Dan ia pun berkeluh kesah.

“Sulit untuk meyakinkan keluarga sendiri.”

Alasannya pun sepertinya sama saja dengan yang lain. Nggak mau ribet, pengen yang praktis.

Borobudur tidak dibangun dalam semalam. Butuh waktu. Termasuk pula seorang anak yang mencoba meyakinkan orangtuanya. Butuh proses dan penerimaan yang baik. Karena apapun yang terjadi, orangtua posisinya selalu di atas anaknya.

Jangan pernah merasa sia-sia.

Mungkin suatu saat nanti, saat kita lah yang membina keluarga itu sendiri. Apa yang telah dipelajari selama ini dan diidam-idamkan, bisa terealisasi.

CINTA yang tak lekang oleh waktu

Ahh… Lagi-lagi nulis tentang Cinta.

Nggak salah kan klo saya nulis cinta-cintaan. Apalagi cinta yang satu ini bukan cinta biasa. Cinta yang tak lekang oleh waktu.

Orang bilang,

“katakan cinta dengan bunga”

Tapi sayangnya bunga akan layu, lemah dan mati bila hanya bunga petik yang kau beri. Jika bunga berikut pohonnya, harus sering dirawat agar ia senantiasa selalu berbunga. Dan itu terkadang butuh perhatian yang cukup besar, kadang menghabiskan waktu cukup banyak. Tidakkah itu merepotkan. Lalai saja sedikit, resikonya adalah kekeringan, kena hama, bahkan yang terburuk adalah mati.

Peterpan bilang “Tak ada yang Abadi…”

Katakan cinta dengan apa dong agar ia senantiasa abadi, selamanya.

Ada satu cinta yang bisa dikatakan “Abadi”. Nggak usah repot untuk merawatnya. Murah mudah dan multifungsi.

“Katakan lah cintamu dengan styrofoam”

maka abadilah cintamu, seperti styrofoam yang butuh 1000 tahun bahkan lebih agar ia bisa kembali terurai secara alamiah.

Bayangkan 1000 tahun, tak ada manusia yang mampu melewati waktu selama itu. Styrofoam tetap kokoh berdiri dan menyebarkan rasa cintanya yang tak pernah habis untuk ditularkan kepada bumi. Meski terkadang menyakiti.

Orang yang sedang jatuh Cinta serasa dunia milik berdua. Tak usah lah kau risau akan keresahan manusia lain akan dunianya. Toh Cinta ini adalah cinta kalian, dunia kalian. Tak usah risau bila dunia sedikit sakit atas Cinta Styrofoam. Inilah pengorbanan, selalu ada yang harus dikorbankan untuk Cinta. Apapun itu, bahkan dunia.

“Katakan lah cintamu dengan Styrofoam”

Dan ia abadi, hingga keturunan ketujuh.

NEBENG dong…

si wahyu 010si wahyu 012si wahyu 013

Berhubung cuaca di siang menjelang sore sering hujan lagi. Saya jadi urung menggunakan sepeda untuk berkeliling Bandung. Walhasil saya memilih untuk menebeng dan mengangkot.

Beruntunglah saya punya teman seperti Panji dan Wahyu. Mereka berdua punya kendaraan bermotor. Ga bagus-bagus amat memang motornya, si Wahyu pake motor Vespa sedangkan si Panji motor bebek nggak layak mejeng.

Meskipun begitu, mereka berdua adalah orang yang baik hati karena tidak segan-segan memberikan tumpangan gratis. Wujud kebaikan hati mereka tercermin dari helm cadangan yang selalu nyantol menemani kisah perjalanannya.

Pacar aja nggak punya, tapi mau aja repot-repot bawa helm cadangan. Nggak bagus-bagus amat juga helmnya, setidaknya memenuhi standar yang ditentukan pak Polisi (meskipun tanpa SNI). Jelek dikit tak mengapa, yang nebeng nggak usah banyak protes deh.

Sejak kapan Wahyu selalu membawa helm dua. Dia mengatakan selalu membawa helm dua sejak ia mulai menggunakan sepeda motor. Baik itu motor Vespa atau motor sebelumnya milik bapaknya. Meskipun Wahyu memiliki sepeda motor untuk menunjang rutinitas kampus, kini Wahyu juga tak segan untuk menggunakan sepeda gowes setelah mendapat pinjaman dari tantenya. Sekedar berkeliling di lokasi yang dekat-dekat.

Entah disadari atau tidak, kebiasaan mereka yang selalu membawa helm cadangan justru memberikan dampak positif, baik untuk temannya dan juga untuk lingkungannya.

Lah apa pula hubungannya dengan lingkungan. Menurut sumber sebuah buku Hidup Hirau Hijau,

setiap kilometernya, sepeda motor menghasilkan karbon sebanyak 80 gram

Jadi, jika kita berkendara sepeda motor berdua (sesuai kapasitas yang ditentukan) maka beban karbon setiap orangnya adalah 40 gram. Sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan orang yang menggunakan mobil pribadi benar-benar untuk pribadi (sendiri) yang menghasilkan karbon sebanyak 230 gram setiap kilometernya. Tapi lebih bagusnya lagi jika kita bisa mengurangi/sama sekali tidak menghasilkan jejak karbon.

Bayangkan saja jika setiap harinya saya harus kuliah di kampus yang jaraknya 21 kilometer dari kota Bandung dengan menggunakan sepeda motor seorang diri. Maka jumlah karbon yang saya hasilkan setiap harinya adalah kurang lebih 3360 gram atau setara dengan 3,3 kg. Dan jika saya kuliah 5 hari dalam seminggu, maka jumlah total karbon yang saya hasilkan dalam sebulan adalah 67 kg. Itu baru kuliah doang, belum ditambah dengan kegiatan wara-wiri sekedar hangout atau mengantar pacar pulang ke rumahnya di waktu malam minggu.

Jika dalam setahun maka kira-kira jumlah karbon yang dihasilkan adalah….. 858 kg (mohon dikoreksi jika saya salah menghitung). Besarnya angka tersebut hanya untuk satu kegiatan saja yaitu kuliah. Mungkin sebagian orang tidak melakukan aktivitas seperti yang saya maksud yang menghabiskan jarak sekitar 21 km. Tapi anda bisa mulai menghitung jumlah karbon yang setiap harinya anda hasilkan.

Lalu fakta berikutnya adalah, kemampuan satu buah pohon untuk mereduksi karbon yang ada. Dari sebuah artikel yang saya dapat (http://www.csrindonesia.com/data/articles/20080208123222-a.pdf), sebuah pohon dalam satu daur hidupnya dapat menghisap karbon sebanyak 1 ton.

Satu ton itu sama dengan 1000 kg. Dalam satu daur hidup si pohon. Berapa lama sih si pohon bisa bertahan hidup? 10 tahun, 20 tahun, 30 atau 100 tahun?

Maka bisa dikatakan satu buah pohon itu sama dengan satu tahun jejak karbon yang kita hasilkan. Dan kualitas hidup manusia biasanya hingga 50 tahun (bahkan lebih). Jadi apakah sebaiknya setiap tahunnya kita harus menanam? Jika memang bisa untuk dilakukan dan diagendakan, kenapa tidak.

Pada kenyataannya, jejak karbon yang dihasilkan setiap manusia tidak hanya bersumber dari kendaraan semata. Hampir semua aktivitas yang dilakukan menghasilkan karbon.

Dari tadi kita bicara karbon, ada apa sih dengan karbon?

Silakan di googling saja tentang karbon. Pasti banyak kok sumber tulisan yang membahas karbon dari asal muasal hingga akibatnya.

Setelah berpanjang lebar membahas tentang karbon, apa benang merahnya dengan menebeng?

Menebeng memang bukanlah solusi final untuk menyelamatkan bumi. Tapi sebuah tindakan kecil untuk mengurangi jumlah karbon yang dihasilkan oleh setiap orang. Apakah memilih untuk menebeng, menggunakan transportasi publik atau kendaraan bebas polusi, semuanya bisa dilakukan dengan kesadaran tinggi sebagai upaya mengurangi jejak karbon yang dihasilkan.

Bagi yang punya kendaraan pribadi, jangan pelit untuk berbagi kursi. Hitung-hitung berbagi karbon.

Ternyata nebeng itu ada manfaatnya.

Sering-sering aja nebeng… hehehehehe

Salam Acuh

SEMANGAT PEDULI LINGKUNGAN dari seorang PANJI

soul 003 Panji, pemuda dan pendidik yang turut aktif dalam upaya pendidikan lingkungan. Dengan profesinya sebagai guru les, Panji mencoba mengembangkan sayap lingkungan kepada murid-murid lesnya.

Bahkan beberapa bulan ini Panji mencoba mengembangkan semua teori dan praktek yang pernah ia dapat semasa menjadi fasilitator Klub Konservasi Sekolah kepada adik-adik dari SMPN 13 Bandung.

Panji sedang membuat program Pendidikan Lingkungan yang hendak ia coba terapkan kepada adik-adik didiknya tersebut. Beruntunglah, pihak sekolah mendukung sekali upaya yang hendak dilakukan Panji.

Tidak mudah memang, karena bukan hanya semangat saja yang harus Panji miliki. Namun pengayaan materi tentang isu-isu lingkungan pun harus seringkali ia serap dari berbagai sumber. Maka bertualanglah Panji, berdiskusi dan meminta saran kesana kemari. Menambah khazanah pengetahuan yang sekiranya bisa ia terapkan kepada adik-adiknya hingga mereka mandiri seutuhnya.

Good Luck Panji!!

Semoga semangat lingkunganmu bisa kau tularkan ke generasi-generasi calon korban sisa peradaban.