Saya pikir, hampir kebanyakan Perguruan Tinggi Negeri yang ada memiliki kualitas yang sama. Meskipun beberapa diantaranya memiliki kredibilitas yang sudah cukup terkenal dan prestise di masyarakat juga tinggi.
Tapi, bicara perguruan tinggi maka kita bicara tentang suatu kawasan luas yang banyak sekali menghamburkan energi dan melepaskan materi.
Jika anda cukup jeli coba deh bayangkan,
Berapa besar konsumsi listrik yang digunakan oleh sebuah gedung-gedung kampus?
Berapa Kg sampah yang dihasilkan setiap harinya?
Berapa banyak polutan yang dihasilkan oleh kendaraan-kendaraan pribadi?
Berapa liter air yang terbuang sia-sia?
Seharusnya semua itu bisa dihitung dan dikalkulasikan sebagai sebuah beban ekologis Perguruan Tinggi terhadap lingkungannya. Dan sebuah Perguruan Tinggi yang baik tentunya bertanggungjawab terhadap kondisi lingkungan sosial di sekitarnya.
Isu lingkungan menjadi topik utama dalam menciptakan sebuah Pembangunan yang Berkelanjutan atau biasa kita kenal dengan istilah Sustainable Development. Untuk menciptakan sebuah kampus yang Berkelanjutan maka perlu didukung oleh sistem-sistem yang ada di dalamnya. Baik itu mahasiswa, dosen serta pegawai-pegawai yang terlibat didalamnya.
Dari situ lalu muncul lah sebuah istilah-istilah baru dalam dunia perkampusan yang berkaitan dengan isu hijau seperti Ecocampus atau Green Campus yang intinya adalah sebuah Kampus yang berwawasan lingkungan.
Kampus Hijau bukan semata kampus yang penuh dengan pepohonan atau tempat sampah yang selalu ada di setiap sudut kampus. Tapi kampus yang dapat meningkatkan kualitas hidup secara keberlanjutan dari berbagai aspek yang ada.
Dari sebuah sumber di sini, untuk mendapat sebuah pengakuan resmi sebagai kampus hijau setidaknya memenuhi beberapa kriteria di antaranya adalah:
1. Studi Lingkungan
Setiap kampus akan memperkenankan setiap siswanya untuk mengambil satu matakuliah mengenai lingkungan.
2. Kontribusi kepada Masyarakat
Setiap kampus akan memilih dan mengimplementasikan proyek lingkungan masyarakat, yang akan dilakukan oleh pemerintah, para siswa dan masyarakat. Proyek harus mengarah pada perubahan konseptual perilaku dan norma-norma dalam masyarakat dalam hal orientasi lingkungan.
3. Penggunaan Sumber Daya yang Rasional
Setiap kampus akan memilih dan melaksanakan salah satu aspek lingkungan: sebuah program “pengurangan” seperti pengurangan penggunaan listrik, penggunaan air, menggunakan mobil pribadi, penggunaan kertas atau program “peningkatan” seperti meningkatkan penggunaan botol kaca, menggumpulkan baterai dan air untuk didaur ulang.
Maaf klo terjemahannya sedikit membingungkan. Tapi yang jelas ada efek perubahan positif lah. Misal,

Efisiensi energi. Gedung-gedung perkuliahan menggunakan konsep green building yang mana memanfaatkan sumber energi yang selalu ada seperti panas matahari sebagai energi alternatif. Atau setidaknya konsep bangunan tersebut memberikan ruang yang cukup bagi sinar matahari agar senantiasa dapat memberikan pencahayaan yang baik di dalam ruangan. Jadi menghemat penggunaan energi listrik.
Menabung Air. Meskipun luas lautan lebih banyak daripada daratan, justru fakta air mengatakan bahwa bumi ini sedang krisis air. Krisis air bersih. Solusinya tentu saja dengan pembuatan biopori (yang sedang in saat ini) atau membuat sumur resapan di sekitar kampus. Jika perlu kenapa tidak membuat danau buatan. Lumayan buat tempat nongkrong mahasiswa.
Malah lebih bagus lagi jika air sisa buangan gedung diolah kembali, meskipun digunakan untuk menyiram jamban. Malah saya pernah dengar ada satu pesantren yang hendak menerapkan daur ulang air sisa wudu untuk digunakan kembali. Entah sebagai apa, tapi yang jelas air tersebut diambil, digunakan, didaurulang, digunakan, didaurulang, digunakan sampe pegel saya nulisnya.
Selamat Tinggal Polusi. Saya salut sama UI yang sudah menyediakan sepeda beserta jalur sepeda di dalam kampus. Harusnya yang seperti ini bisa dicontoh dan diaplikasikan oleh perguruan tinggi perguruan tinggi lainnya. Hanya saja, masih cukup sulit karena negeri kita ini rasa memilikinya masih cukup tinggi, hehehe.
Oia, saya pernah baca postingan dari seorang rekan yang ikutan kontes ini juga. Dan ada satu idenya yang benar-benar luar biasa. Saya lupa lagi blognya, tapi dia menuliskan tentang kendaraan pribadi di parkir di satu tempat khusus. Mahasiswa, dosen, pegawai dan lain-lain hanya diperbolehkan menggunakan kendaraan umum yang disediakan oleh pihak kampus.
Ini ide yang luar biasa.

Ah cukupkan dahulu saja pendapat saya tentang sebuah Perguruan Tinggi Idaman, Perguruan Tinggi Terbaik, Perguruan Tinggi Favorit Indonesia.
Selain menghasilkan para lulusan yang berkualitas, tentunya si kampus itu tersendiri juga harus bisa meningkatkan kualitas hidup yang ada disekelilingnya (not antroposentris).
Pilihan adalah hak individu. Jadi pilihlah dengan bijak Perguruan Tinggi yang memihak pada upaya perbaikan kondisi Bumi. Masa depan tidak untuk dinikmati saat ini saja, tapi seterusnya hingga gelar yang dicita-citakan telah diraih.
Sekian.
Tulisan di atas saya ikut sertakan dalam Lomba Blog UII (Universitas Islam Indonesia). Semoga jadi masukkan yang bermanfaat.
Menyukai ini:
Suka Memuat...