Menuju Indonesia Timur

Melenceng jauh dari rencana awal saya untuk tahun 2013. Padahal Waktu Indonesia Timur sengaja saya tempatkan sebagai destinasi paling akhir setelah Sumatera.

Sengaja saya tempatkan Indonesia timur di bagian akhir, bukan karena save the last for the best, tapi karena di Indonesia timur itu nggak ada monyet. Dan saya tidak begitu tertarik untuk mengamati burung atau makhluk marsupial di sana, walaupun sebenarnya satwa satwa di sana luar biasa eksotis.

Ketiadaan monyet di Indonesia timur tidak sepenuhnya benar, tapi tidak sepenuhnya salah juga. Secara teorinya garis Sir Alfred Russel Wallace memang dijelaskan bahwa sebaran fauna Indonesia timur cenderung berakar pada benua Australia. Seperti burung kakaktua dan satwa marsupial serta tikus tikusan. Beda sekali dengan pulau pulau Indonesia barat yang sebaran satwanya lebih ke Asia, jenis jenis primata, kucing kucingan, badak bahkan gajah. Sedangkan Sulawesi adalah peraduan kedua benua yang menjadikan pulau ini kaya akan endemisitas.

Faktanya, di salah satu pulau bagian Kepulauan Maluku terdapat satu populasi besar monyet yang seharusnya ada di Sulawesi Utara, namanya Macaca nigra. Keberadaan monyet monyet ini di sana memang mengacaukan teorinya pak Wallace. Tapi pak Wallace tidak salah. Monyet monyet berjambul hitam ini secara sengaja diambil dari tempat aslinya kemudian di bawa ke pulau Bacan. Dan peristiwa itu terjadi ratusan tahun yang lalu.

Dongeng tentang si monyetnya mungkin akan saya ceritakan nanti nanti.

bacan

Gambar di atas adalah peta Pulau Bacan, lokasi petualangan saya berikutnya dalam dua hari ke depan di tahun 2013. Ada apa saja di sana, mudah-mudahan bisa saya simpan di jurnal ini.

Salam manise 😀


Tinggalkan komentar