Waktu baru saja menunjukkan pukul 07:48 pagi, namun suasana hari sudah seperti menjelang bedug maghrib.
Ini bukan tentang kondisi perut saya yang berharap konser keroncong yang dimulai lebih awal, tapi memang kondisi langit pagi ini persis seperti hendak menutup hari. Aneh. Monyet-monyet juga mungkin berpikir seperti itu, malah beberapa di antara mereka ada yang sudah mau tidur lagi di pohon.
Di lepas laut utara ternyata awan hitam lebih banyak bergumul. Dengan kecepatan angin entah berapa knot. Awan-awan hitam itu seakan berlomba-lomba untuk segera sampai di hutan Tangkoko. Salah satu dari awan itu bisa jadi awan Kin-toun, awannya pendekar monyet sakti –hehehe-.
Setibanya awan-awan hitam di Tangkoko, ternyata malah nggak ada hujan sama sekali. Yang ada cuman cipratan cipratan air sisa. Sepertinya muatan airnya sudah terlebih dahulu ditumpahkan di lepas laut utara sana. Soalnya si volume air laut tiba-tiba jadi meninggi. Karang-karang yang tadinya kelihatan nonggol, sekarang hampir kebanyakan terbenam dan tersapu ombak.
Cuaca langit kayak gini enaknya dinikmati sambil nge-teh anget. Selepas bedug maghrib tentunya 😀 sambil berbuka.
wiez mantab lah……kapan ung kumpul lagi……..gmn kbrnya???
Kabar baik brur. Tahun depan lah kita kumpul lagi 🙂