Namanya Jack. Salah satu jantan dewasa di Rambo I. Sangat mudah untuk mengenali Jack. Bahkan untuk orang yang baru belajar mengenal Yaki.
Jack memiliki mata kiri yang buta. Itulah yang membedakannya dengan jantan Yaki lainnya. Selain itu, Jack sedikit takut terhadap kehadiran manusia. Dia selalu menghindar bilamana ada manusia yang mencoba mendekatinya. Termasuk peneliti yang hampir setiap hari selalu ditemuinya.
Bulan februari kemarin sepertinya menjadi bulan yang sial bagi Jack. Tanpa sengaja, Jack masuk dalam perangkap liar yang dipasang pemburu. Sebenarnya perangkap tersebut ditujukan untuk babi hutan. Tapi Yaki mana tahu jika itu adalah perangkap khusus babi.
Lagipula, memasang perangkap/jerat baik untuk babi, burung atau hewan lainnya tidak diperkenankan selama berada di dalam areal Cagar Alam. Namun ulah nakal ini tidak ada habisnya. Selalu saja ada perangkap-perangkap yang dipasang pada daerah jelajah Yaki yang juga daerah jelajah babi liar.
Jack bisa melepaskan diri dengan memutuskan tali perangkap yang terpasang. Namun simpul ikatan tali yang tersisa masih terikat erat di pergelangan kaki kanannya. Sambil berjalan tertatih-tatih Jack mengikuti anggota kelompoknya.
Beruntung, asisten lapangan melihat kondisi Jack lalu melaporkan kejadian tersebut kepada manajer riset Giyarto. Dan diputuskan untuk menyelamatkan Jack saat itu juga.
Upaya penyelamatan dilakukan dengan cara membiusnya. Cara ini lebih aman ketimbang mencoba melepaskan ikatan secara langsung yang tentu saja beresiko karena Jack bukanlah monyet kecil. Kekhawatiran sempat terjadi saat setelah jarum bius dilesakkan. Jack yang kaget karena ada sesuatu yang aneh ditubuhnya kemudian menghindar naik ke pohon. Jika reaksi obat mulai bekerja dapat dipastikan Jack yang hilang kesadaran akan terjun bebas.
Benar saja, sambil terhuyung-huyung di atas dahan, Jack melepaskan genggamannya dan terjatuh. Untungnya tim sudah bersiap siaga dengan kemungkinan tersebut dan merentangkan ponco tepat di bawahnya.
Serentak setelah Jack terjatuh, seluruh monyet Rambo I menjerit. Mereka berlari menghampiri dan mengerumuni kami serta Jack yang ditutupi ponco. Monyet-monyet menyeringai menunjukkan gigi-giginya, mengancam. Seakan mengatakan bahwa mereka tidak senang dengan apa yang kami lakukan.
Lima menit kemudian situasi mereda. Monyet-monyet yang mengerumuni kami mulai membubarkan diri dan pergi meninggalkan.
Begitu situasi tenang, tali yang terikat di pergelangan kaki Jack segera kami lepaskan. Luka-luka lecet akibat ikatan tali pun kami obati.
Jack yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri kami tinggalkan. Dari jarak 10 meter kami mengamati Jack. Lima belas menit kemudian, secara perlahan Jack mulai siuman. Ia mencoba bangun dengan kondisi badan yang masih lemas, namun gagal. Dia terkulai jatuh.
Masih butuh waktu beberapa menit lagi hingga akhirnya dia benar-benar pulih. Dalam kondisi seperti itu, kami memutuskan untuk pergi dan membiarkan satu orang dari kami untuk tetap tinggal menemani Jack sampai ia bisa kembali berjalan dan bergabung dengan anggota grupnya.
Keesokan harinya, saya melihat Jack. Dia masih berjalan tertatih-tatih mengikuti anggota grup dengan rasa takut yang sama seperti sebelumnya. Takut terhadap manusia. Setidaknya kondisi Jack sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya.
waaa … kasihan ya Jack.
Itu di cagar alam mana, ya, Mas? 🙂
belum pernah lihat monyet kayak Jack …
cagar alam tangkoko mbak, sulawesi utara