Free Willis : Kembali Ke Alam Liar

Dalam hitungan tiga detik, saya melihat Willis dibalik kegelapan malam dan rerimbunan dedaunan serta rintik-rintik hujan. Saking singkatnya, saya bahkan tak sempat untuk mengabadikan dirinya.

Selidik punya selidik, ternyata tiga detik yang saya rasakan berbanding terbalik dengan apa yang telah Willis lalui selama ini.

wilis belajar survive di alam

Kisah Willis si kukang jantan dimulai pada tahun 2009 ketika tim dari BKSDA Jawa Timur melakukan operasi pasar. Pada operasi tersebut, Willis bersama 20 ekor kukang lainnya berhasil diselamatkan dari ulah para pedagang satwa ilegal. Berhubung BKSDA tidak memiliki fasilitas yang cukup laik untuk menampung kukang sitaan tersebut, maka diputuskan untuk dibawa menuju pusat rehabilitasi kukang IAR di bogor.

Layaknya Sun Go Kong, Willis dan teman-temannya melalui perjalanan dari timur ke barat . Sesampainya di Pusat Rehabilitasi IAR, Willis dan kawan-kawannya kemudian melalui cek kesehatan. Beruntungnya, Willis dalam kondisi baik. Gigi taringnya pun masih utuh. Oleh karena itu, Willis kemudian diproyeksikan untuk dilepasliarkan kembali di habitat baru.

international animal rescue Kukang yang tidak beruntung biasanya sudah kehilangan gigi taring akibat dipotong oleh si penjual. Tujuannya, tentu saja agar si kukang tidak membahayakan si calon pembeli.
Gigi taring pada Kukang berperan penting sebagai bagian dari pertahanan diri. Oleh karena itu, Kukang yang sudah kehilangan gigi taring sangat beresiko bila dilepasliarkan ke alamnya.

Secara fisik Willis dalam kondisi baik, namun hal tersebut tidak serta merta mudah bagi Willis untuk segera dilepasliarkan. Willis harus terlebih dahulu menjalani masa rehabilitasi. 18 bulan Willis melalui hari-harinya di pusat rehabilitasi IAR dengan berbagai macam pengayaan (enrichment) dan perawatan agar insting liarnya kembali muncul.

Kembali ke alam bebas

Hari kebebasan itu akhirnya datang juga. 3 Mei 2011 Willis dibawa ke daerah kaki Gunung Salak, Tapos. Dua minggu lamanya Willis menjalani proses habituasi (proses membiasakan diri dengan lingkungan baru). Setelah Willis cukup terbiasa dengan kondisi lingkungannya barulah Willis kemudian dilepaskan.

Kebebasan Willis tidak begitu saja ditinggalkan oleh IAR. Keberadaan Willis masih terus dipantau oleh tim monitoring setiap harinya. Posisi Willis dilacak dengan menggunakan radio collar yang dipasangkan pada leher Willis. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi Willis terhadap lingkungan barunya.

monitoring kukang

Kegiatan monitoring kukang dengan menggunakan radio transmitter

Enam bulan berlalu sudah. Willis dan insting liarnya dapat bertahan hidup dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan Bobby, salah seorang tim monitoring, Willis bergerak sejauh 500 meter setiap bulannya. Bila dihitung hingga sekarang, maka tiga kilometer sudah Willis berkelana di sepanjang Kaki Gunung Salak setiap malam.

Entah apa yang telah Willis lalui selama pengelanaannya di kaki Gunung Salak. Perjalanannya selama ini akhirnya mengantarkan Willis pada sebuah pedesaan yang bernama Loji. Tampaknya Willis cukup menikmati suasana di desa ini. Bagaimana tidak, pertemuan pertama kami terjadi di sebuah perkebunan salak yang cukup luas. Tak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Willis, sumber makanan cukup tersedia dan rimbunnya kebun cukup nyaman untuk bersembunyi dari paparan sinar mentari.

Semoga saja kaki Gunung Salak menjadi rumah baru bagi Willis. Bebas dari rasa lapar, bebas dari rasa takut, dan bebas dari ancaman para pemburu.

Good Luck Willis.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s