Pecandu Pagi

Teryata bangun pagi itu… Menyegarkan.

Sudah tiga minggu ini saya kerajinan bangun pagi. Jam 5 subuh, dengan sendirinya pikiran langsung terjaga, mata kebuka, kedip-kedip dikit, buka selimut, lalu duduk bentar, berdiri, terus ke WC, pipis, gosok gigi, cuci muka, sekalian ambil air wudhu, balik lagi ke kamar, ganti baju, shalat, mengemas perlengkapan pengamatan, sarapan, terus keluar rumah, pakai sepatu, menunggu sebentar, dan berangkat.

Saya memang bukan orang pertama yang bangun. Selalu ada Emak yang bangun lebih dulu untuk menyiapkan sarapan. Tapi diantara rekan-rekan yang lain saya selalu jadi yang pertama berdiri dan ke WC.

Padahal sebelumnya saya tidak memiliki track record yang cukup baik dalam bangun pagi. Kalau di rumah saya sering banget bangun jam 10-bahkan lebih. Klo di kampus bangun jam 7-8 tergantung ada mahasiswa yang kuliah ato ga, soalnya kunci gedung saya pegang hahaha.

Pernah sampe kejadian dibangunin sama junior gara-gara pintu gedung belum dibuka. Dia ampe ngebela-belain naik ke atap teras gedung terus gedor-gedor kaca jendela sambil teriak-teriak. Bangun-bangun bukannya buru-buru turun ngebukain pintu gedung, saya malah ngasiin kunci lewat jendela, terus tidur lagi.

Mungkin tuntutan pekerjaan kali yak, saya jadi bisa bangun pagi. Tapi di dua minggu pertama, saya bekerja tanpa kehadiran BOS. Padahal, klo mau saya bisa sedikit bermalas-malasan seperti kedua rekan saya yang selalu saya tinggalkan lebih dulu ke lapangan. Dan tiba-tiba mendadak jadi sedikit rajin saat si BOS datang kembali. Hahaha.

Terlebih akhir-akhir ini saya malah bangun lebih awal daripada si alarm yang sudah di setting sebelumnya. Setelah dirasa-rasa, ternyata bangun lebih pagi (jam 4-5) memang kaya manfaat. Saya merasa lebih rileks, lebih siap, lebih bersemangat, lebih terencana, lebih bisa menikmati hari untuk dimulai, dan lebih sehat bila mengutip lagu Bang Rhoma yang bejudul “Lari Pagi”.

“heee…. Lari pagi! Tua muda semua…. Lari pagi!”