Leuweung Karamat, Kampung Kuta

Agustus 2006 lalu saya dan beberapa rekan diajak oleh dosen untuk melakukan ekspedisi di salah satu kampung adat di Jawa Barat. Lumayan nih buat ngisi waktu liburan kuliah yang panjang banget. Lagian kapan lagi coba bisa uulinan gratis.

Kampung Kuta, itu adalah nama kampung adat tempat saya dan rekan-rekan melakukan ekspedisi. Sebelumnya saya belum pernah berkunjung ke kampung adat-kampung adat yang ada di Jabar seperti Kampung Naga dan Baduy (sebelum jadi Banten). Mendengar nama kampungnya saja saya baru tahu. Dikirain ada di Bali.

Kampung Adat Kuta secara adminitratif berada di wilayah Kabupaten Ciamis, Kecamatan Tambaksari, Desa Karangpaningal. Lokasi Kampung Kuta dekat sekali dengan perbatasan provinsi yaitu Jawa Barat dan Jawa Tengah berupa sungai besar Cijulang. Seingat saya waktu perjalanan ke sana melewati Panjalu dan cukup membingungkan.

Ketika sampai disana, kami langsung disambut oleh kemeriahan warga dan nyanyian tradisional. Sambutan warga cukup berlebihan bagi kami, padahal mereka tidak bermaksud menyambut kami semeriah itu. Kebetulan saja seluruh warga sedang sibuk berlatih mempersiapkan kemeriahan 17 Agustus.

Sambutan yang sebenarnya diberikan oleh Ketua Adat, Ketua Dusun dan Kuncen yang menerima dengan baik kedatangan kami. Setelah itu kami menjelaskan maksud dan tujuan kami datang yaitu untuk meneliti kekayaan hayati yang terdapat di Leuweng Karamat.

Beberapa Kampung Adat memiliki Leuweung Karamat yang menurut mereka harus dijaga. Terkadang Leuweung-Leuweung tersebut dilarang untuk dimasuki dan pamali bagi yang melanggar. Ada ketentuan/ tata cara khusus yang harus dilakukan bila ingin memasuki Leuweung.

Karena ekspedisi yang kami lakukan cukup lumayan lama (seminggu), di dalam kawasan Kuncen melakukan ritual penyucian terhadap semua perlengkapan yang kami gunakan dan mohon ijin masuk Leuweung. Sambil membakar kemenyan, pak Kuncen membacakan doa-doa. Setelah itu, kami semua disuruh untuk mengambil air wudhu di sumber mata air rawa yang terletak di tengah leuweung. Untuk memasuki Leuweung pun kami harus bertelanjang kaki. Setelah ritual beres kami diperbolehkan untuk melakukan aktivitas yang hendak kami lakukan.

Tim ekspedisi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu hewan, tumbuhan dan pemetaan. Kelompok hewan mengkaji tentang primata, burung, serangga dan reptil. Kelompok tumbuhan mengkaji jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di Leuweung serta vegetasinya. Kelompok pemetaan melakukan pemetaan dan penghitungan luas area Leuweung.

Selama dalam kawasan ada beberapa aturan yang harus kami patuhi, seperti tidak boleh meludah, buang air besar dan kecil, berteriak, berbicara kotor, merusak tumbuhan dan menggunakan alas kaki. Aturan-aturan tersebut tidak hanya berlaku kepada kami saja. Tapi juga kepada setiap orang yang hendak memasuki Leuweung Karamat.

Ternyata, aturan-aturan tersebut memberikan hasil yang baik. Karena sudah diterapkan sejak dari dulu, Leuweung Karamat masih terjaga kelestariannya. Pohon-pohon besar dengan keliling batang sekitar 4 orang. Jenis-jenis tumbuhan yang sudah jarang ditemukan di tempat lain. Burung-burung yang masih beraneka ragam. Serta monyet dan lutung yang asyik bercengkerama di atas pohon. Merupakan bukti bahwa Leuweung Karamat masih tetap lestari meskipun daerah-daerah si sekitar Leuweung Karamat sudah banyak berubah menjadi lahan pertanian. Maka tak heran bila satwa-satwa yang tadinya berada di hutan-hutan seberang, pindah dan bermukim di Leuweung Karamat.

Perkembangan arus informasi sudah masuk ke wilayah Kampung Kuta. Tapi itu semua tidak membuat masyarakat berubah pola pikirnya untuk tidak peduli lagi pada alamnya. Menurut mereka keberadaan Leuweung Karamat sangatlah penting. Dan mereka percaya bila Leuweung tersebut rusak maka akan datang bala bagi masyarakat sekitar. Semoga apa yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Kuta bisa menjadi contoh untuk kita semua dalam menjaga alam dan lingkungan. (A027)


5 tanggapan untuk “Leuweung Karamat, Kampung Kuta”

  1. Saya akan melakukan penelitian (desertasi) tentang budaya di lokasi tsb. Minta data nya dong… sebagai referensi pelengkap. Triems…
    Saya mahasiswa UNPAD. manawi tiasa ngabantos

    • wah saya ga menyimpan datanya. klo kamu mau mungkin bisa bertanya ke Dosen saya Pak Joko Kusmoro atau Pak Prihadi Santoso dari Jurusan Biologi Unpad. Atau ke Dinas Pariwisata Ciamis-nya saja karena waktu itu bekerja sama dengan instansi tersebut

  2. iya bener bgt,, kelestarian hutan di Kampung Kuta memang masih terjaga dengan baik, semoga selamanya akan tetap seperti itu..

Tinggalkan Balasan ke Ismail Agung Batalkan balasan