Science Night Camp, Penjaga Bumi VS Pemboros Air

hari penuh tekanan!!

Kedatangan kami disambut oleh cuaca mendung yang merundung langit kota Padalarang. Pertanda yang kurang mengenakan. Dan lagi kami telat satu jam dari perkiraan waktu yang seharusnya.

Jam menunjukkan pukul tiga sore, dan itu artinya kami hanya punya dua jam waktu potensial untuk nge-briefing ulang semua kakak-kakak pendamping sebelum science night camp benar-benar dimulai. Briefing ulang belum kelar, kejadian tak terduga sudah datang. Miss H meminta perubahan jadwal dan mengharuskan kami untuk memulai kegiatan setengah jam lebih awal.

Tidak ada lagi waktu untuk bersantai-santai, kami harus bergerak cepat. Semua bermain dengan waktu. Rasa lapar pun harus dikesampingkan.

opening

Sedikit menyedihkan. Prolog tentang kegiatan kurang tersampaikan secara menyeluruh. Ketidakkondusifan serta waktu yang mepet-mepet mengubah alur rencana yang sudah disiapkan.

Mudah-mudahan saja para kakak-kakak pendamping bisa menyampaikan kembali alur cerita science night camp ke adik-adiknya sehingga esensi dari kegiatan ini bisa lebih bermakna.

treasure hunt

Telat tiga puluh menit. Sebuah angka yang wajar karena tidak mudah untuk mengkondisikan adik-adik agar siap memulai kegiatan. Ada saja sedikit hambatan yang memaksa si kakak bekerja ekstra keras. Saya sendiri disibukkan dengan mempersiapkan logistik tiap pos. Semuanya memerankan tugasnya masing-masing. Menjalankan setiap detail acara sesuai dengan waktu yang seharusnya.

Ada enam pos yang harus diikuti oleh semua kelompok. Setelah beres di satu pos, tiap kelompok akan mendapatkan sebuah potongan peta yang nantinya akan menunjukkan sebuah peta rahasia tentang “benda berharga” untuk menyelamatkan bumi.

Hujan tidak semakin lebat, tapi rintik air terus turun membasahi lantai bumi. Udara dingin mulai menusuk. Suasana yang cukup menyenangkan untuk tidur berselimut tebal. Kantuk dan lelah mulai hinggap dan bersemayam. Adik-adik mulai mengeluh.

Saya baru sadar bahwa 83,33% kegiatan Treasure Hunt adalah materi bermuatan science, sedangkan sisanya adalah permainan. Tamparan keras mendarat di pikiran saya. Kami terlalu memaksakan muatan science tanpa mempertimbangkan kondisi fisik dan mental si adik-adik. Terutama malam hari.

Mau nggak mau saya harus menghentikan petualangan malam yang tinggal menyisakan 2 pos lagi. Selain itu pula tim api unggun sudah sangat mendesak agar adik-adiknya segera dialihkan menuju ke sesi berikutnya sebelum rasa lelah dan kantuk mereka semakin menjadi-jadi.

bakar roti uyek-uyek

Cukup disayangkan, hujan tidak berhenti. Dan acara api unggunnya pun ditiadakan atau lebih tepatnya dipending hingga cuaca cerah. Tapi tidak usah khawatir, karena masih ada acara seru lainnya yaitu bakar roti uyek-uyek. Maklum saja rotinya handmade dadakan dan di uyek-uyek begitu saja dengan tangan.

Setiap kelompok duduk di pemanggang rotinya masing-masing. Tiap-tiap kelompok hanya mendapatkan jatah satu kepal adonan roti. Kurang sih, apalagi klo jumlah anggota kelompoknya banyak. Karena jatahnya cuman dapat dikit, kita namakan saja acara malam ini adalah “membakar roti uyek-uyek unyil“. Lumayanlah, apalagi disajikan dengan selai aneka rasa.

Waktu menunjukkan pukul 22.00, saatnya istirahat.

api unggun

Tiga dini hari, cuaca cerah sedikit berawan. Request para guru tentang api unggun sepertinya bisa terlaksana. Dan saya serta beberapa rekan yang lain baru tidur 10 menit.

Sebelum kegiatan api unggun dimulai, terlebih dahulu penjaga bumi diharuskan shalat tahajud berjamaah. Barulah kemudian seluruh peserta digiring menuju lokasi. Sempat terjadi penolakan dari pihak sekolah mengenai lokasi api unggun yang tadinya berlokasi di lapangan pacuan kuda (lapangan lari). Alasannya sih banyak ular. Tidak mau banyak berdebat, kami mengiyakan saja lokasi baru yang disarankan oleh pihak sekolah yaitu lapangan upacara.

Acara api unggun dimulai dengan kobaran api membara. Wajah-wajah kantuk masih menghiasi penjaga bumi. Bahkan ice breaking pun sepertinya kurang mempan untuk memompa semangat pagi mereka semua. Mungkin pikiran mereka masih di antara dua peraduan bantal dan guling.

Perhatian mereka pun terpancing saat balon api yang berisi harapan dan cita-cita mereka akan diterbangkan. Sungguh pemandangan yang menakjubkan melihat balon api terbang tinggi di keheningan pagi lalu hilang ditelan kegelapan.

hiking

Cerita masih belum usai. Pukul enam pagi harus bersiap-siap kembali. Sedikit lumayan fresh karena saya ketiduran satu jam + energi nasi goreng seharga 3 koin.

Pagi ini kami akan keluar dari habitat sekolah. Keluar dari tembok beku.

Jalur hiking yang dituju masih sekitaran lingkungan terdekat sekolah. Pada jalur hiking akan dibagi menjadi tiga pos utama dan satu pos pertempuran. Misi tiap kelompok adalah mengumpulkan senjata serta amunisi untuk berperang melawan para pemboros air di tiga pos utama. Di pos pertempuran, seluruh penjaga bumi harus mengalahkan pemboros air serta merebut potongan peta terakhir yang menunjukkan lokasi “benda berharga”.

Peperangan dimulai. Para penjaga bumi yang bersenjatakan pistol air harus melawan para pemboros air. Penjaga bumi harus mempertahankan bendera yang mereka miliki, jangan sampai rusak atau direbut oleh para pemboros air.

Peperangan berakhir dan dimenangkan oleh para penjaga bumi. Mereka berhasil menyelamatkan bumi dari pemboros air. Dan kini mereka mendapatkan potongan peta terakhir yang menunjukkan lokasi “benda berharga”.

closing

Semua penjaga bumi kembali ke sekolah dan mencari “benda berharga” yang ditunjukkan dalam peta rahasia. “Benda berharga” yang mereka temukan mempunyai peranan penting dalam menjaga air yang ada di bumi. Penjaga bumi harus merawat “benda berharga” tersebut hingga ia tumbuh besar dan menjadi kuat.

last session

Cape, tunduh, ngantuk, lapar tapi puas….

Rangkaian acaranya telah beres. Tidur satu jam kayaknya cukup untuk memulihkan stamina yang hilang.


Tinggalkan komentar